Wednesday, May 7, 2014

Marry your best friend

"I'm lucky I'm in love with my best friend...lucky to have been where I have been...lucky to becoming home again..lucky we're in love in every way..lucky to have stayed where we have stayed..lucky to becoming home someday..."


Ah well...I'm married now ! Sekarang saya sudah menikah, akhirnya. Sekitar enam bulan yang lalu, tepatnya tanggal 27 Oktober 2013. Acara yang sederhana tapi sangat melegakan karena akhirnya saya punya pendamping hidup yang sesuai dengan pilihan saya. Yang selama ini saya perjuangkan cintanya dengan sepenuh jiwa. I've never tried that hard for someone's heart before.

Yes ! Dia adalah sahabat saya semasa kuliah. Pria yang dulu waktu kuliah cuma jadi tempat saling curhat, saling berdebat atas suatu masalah, ataupun berkoalisi atas masalah yang lain. Dulu selama hampir 4 tahun kuliah (artinya 4 tahun juga bersahabat sama dia), tidak pernah terpikir oleh saya bahwa suatu hari akan menikah dengannya. Tapi saya menyadari dari dulu, selama 4 tahun itu, saya sangat peduli padanya. I will never let someone or something hurt him or make him feel bad.

Dulu, saya hampir tahu semua cerita tentangnya. Termasuk keluarganya, skripsinya, bahkan semua perempuan yang dia suka. Well, waktu itu dia pernah suka dengan sekitar 5 orang perempuan dalam waktu yang bersamaan. Pernah mengajak kencan beberapa di antaranya, dan bahkan pernah menyatakan perasaan ke beberapa di antaranya. Tapi satupun tidak ada yang jadi. That's really something huh? Dulu saya cuma bisa menertawakan dan bilang ke dia "you are really a playboy ! Just choose one and leave the others."

Sampai suatu hari, di semester akhir masa perkuliahan, ketika skripsi menggalaukan kehidupan saya dan teman-teman seangkatan, saya menyadari ada yang berubah di dalam hati saya. Ada lebih banyak keinginan untuk bertemu dengan sahabat saya itu, ada lebih banyak keinginan untuk membantunya, ada lebih banyak keinginan untuk mengobrol berdua. Lalu bagaimana? Tentu saja seperti saya yang sebelumnya, tidak pernah berani menyatakan perasaan. Apalagi ke sahabat sendiri. Banyak sekali pertimbangannya. Tapi entah kenapa kali ini ada dorongan yang kuat untuk memperjuangkan. Ada ketidakrelaan jika harus melepaskan (lagi) seperti sebelum-sebelumnya. Ada kecemburuan yang kuat jika harus melihat dia bersama dengan yang lain. Yah..singkat cerita, perjuangan demi perjuangan pun dilakukan. Tawa, air mata datang silih berganti membuat lelah sendiri. Tapi apa saya menyerah? Tidak. Sampai suatu hari, perjuangan saya membuahkan hasil. Dia menyatakan sayang pada saya. Tapi bahkan setelah menyatakan sayang pun dia tetap tidak mau berkomitmen dengan saya. Sehingga saya pun harus berjuang lagi, lagi-lagi dihiasi tawa dan air mata. Sampai akhirnya, kami menikah. Yes, we're married now. :)

Menikah dengan sahabatmu itu menyenangkan. Kita sudah saling tahu kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga tidak terlalu kaget saat menjalani kehidupan setelah nikah. Baik buruknya dia kita sudah tahu. Yang menjadi masalah bagi seorang pencemburu seperti saya adalah masa lalunya. Saya tahu betul siapa saja perempuan yang pernah dia suka, dan bagaimana dia memperlakukan perempuan itu dulu. Hal itu masih membuat saya cemburu kalau saya mengingatnya. Yang lebih parah lagi, saya merasa enggan bertemu ataupun berteman dengan perempuan-perempuan itu. Dan merasa marah kalau suami saya bertemu dengan mereka meskipun secara tidak sengaja.

Tapi saya terus berdoa agar saya diberi keikhlasan atas masa lalu itu. Belajar agar bisa melupakan yang telah lalu. Berusaha tidak memutus tali silaturahim dengan perempuan-perempuan itu yang dulu juga adalah temanku. Because I believe (or at least I try)  now he only loves me. Because he was my best friend, is still and will always be. :)

No comments:

Post a Comment